Senin, 21 Desember 2015

Tradisi di Bangka

Tradisi Perang Ketupat


Perang ketupat, apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata ini? tentunya peperangan yang beramunisikan ketupat. Di daerah Bangka,tepatnya di desa Tempilang Kab, Bangka Barat memiliki tradisi yang sangat unik yaitu "perang ketupat". Sebelum tradisi ini dimulai,terlebih dahulu dibuka dengan tarian serimbang sembari diiring oleh lantunan nan lembut lagu Timang Burong. Gerakan molek para penari yang beranggotakan lima gadis cantik ini seketika mampu menyita ribuan pasang mata pengunjung yang telah memenuhi pantai pasir kuning tempat diselenggarakannya tradisi ini. Tarian tersebut memilki makna kegembiraan segerombolan burung siang yang akan menyambut burung malam. Bukannya tanpa makna tradisi perang ketupat adalah bentuk perlawanan terhadap makhluk-makhluk jahat yang seringkali menganggu masyarakat sekitar.
Sebenarnya ritual dalam tradisi ini sudah dimulai sejak sebelum dimulainya perang ketupat. tiga dukun dari kecamatan Tempilang telah memulai ritual penimbongan sejak malam hari. ritual dimaksudkan untuk mengasih makan roh-roh yang dipercayai bertempat tinggal di darat. Sesajen tetap menjadi pilihan umum sang dukun untuk memberikan makan makhluk tak kasat mata tersebut, sesajen ditempatkan ditempat yang tinggi diatas penimbong atau rumah terbuat dari kayu menangor.
ketiga dukun mengenal roh-roh jahat dengan berbagai macam nama seperti putri lepek panden, Akek bejanggut kawat, Akek sekerincing, Datuk segenter alam, Besi akek simpai dan Putri urai emas. Para dukun silih beranti memanggil roh bertempat tinggal di Gunung Panden. Dukun desa berasumsi bahwa makhluk-makhluk halus berperangai baik telah menjaga Desa Tempilang dari serangan makhluk bertabiat buruk. Sebagai imbalannya roh baik ini diberikan makan dengan tujuan tetap menjadi penjaga warga desa Tempilang.


Tradisi Nganggung



Kabupaten Bangka memilki slogan "sepintu sedulang", apakah dulang itu? Dulang tradisional terbuat dari anyaman daun pandan. Didalam dulang terdapat banyak jenis makanan sesuai penyaji dan biasanya dicocokkan dengan jenis acara. Dalam bahasa indonesia dulang lebih dikenal dengan sebutan tudung saji. Nganggung merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan secara turun temurun oleh warga Bangka,biasanya tradisi ini dilakukan untuk merayakan hari hari besar islam mengingat mayoritas penduduk dibangka beragama islam dan berbudaya melayu. Saking kentalnya tradisi nganggung bahkan bisa bertahan diperkotaan.
Pada dasarnya nganggung tidak hanya untuk merayakan hari bersejarah islam saja namun tradisi ini pun diadakan pada acara sedekahan, menyambut tamu kehormatan dan juga acara perkawinan. Entah kenapa sekarang ini nganggung hanya diadakan ketika ada acara besar saja. Sekarang ini tidak sedikit masyarakat bangka yang memilih menggunakan rantang sebagai tempat makanannya, padahal rantang bukanlah makna asli dari nganggung menggunakan dulang. didalam dulang makanan akan berada pada tempatnya hingga tetap terjaga suatu kebersamaan. Ekstensi tradisi ini ialah kebersamaan sesuai slogan kabupaten Bangka "sepintu sedulang".